Wisata Banyu Ngleri adalah pilihan wisata baru di Gunungkidul. Berupa wisata minat khusus. Menyajikan beragam pilihan akan potensi wisata di kehutanan wilayah RPH Kemuning dan di desa Ngleri. Pilihan itu antara lain wisata Sungai Oya, Air Terjun Jabon, Air Terjun Kaliloro, dan Bukit Kesamben.
1.Sungai Oyo
Sungai Oyo keberadaanya masih alami dan mempunyai keberagaman fauna air dan flora baik di dalam sungai maupun di sepadan sungai. Selain itu bentukannya terdiri dari jeram (bantaran) dan kedung. Hal ini mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai wisata. Kelompok sadar wisata Banyu Ngleri akan mengelola hal tersebut sebagai wisata Susur Oyo dengan menggunakan ban dalam (River Tubing).
Jalur penelusuran mempunyai 2 pilihan, dari bantaran Ponjen dan bantaran Rejoijoyo. Penelusuran ini membutuhkan waktu selama 30 menit (bila dari bantaran Rejoijoyo) dan 1 jam bila awal penelusuran dari bantaran Ponjen. Penelusuran berakhir di kedung Menggung. Di kedung Menggung pengunjung bisa berenang sepuasnya karena kedung ini sangat luas.
2.Air Terjun (Jurug) Jabon
Air terjun ini adalah air terjun musiman, pada musim kemarau debit airnya berkurang. Air terjun ini berasal dari mata air sendang Tahunan. Pesona air terjun ini adalah adanya kolam alam tepat di bawah air terjun. Selain itu beragamnya flora dan dinding dinding batu yang unik menjadi suatu daya tarik.
3.Jurug Kaliloro
Seperti halnya air terjun Jabon, Air terjun Kaliloro Bawah juga merupakan air terjun musiman. Pesona air terjun ini adalah air terjun yang berundak dan aliran air yang lebar dan deras.
4.Bukit (Cempluk) Kesamben
Bukit Kesamben adalah satu dari beberapa bukit yang berada di wilayah kehutanan RPH Kemuning. Pesona dari bukit ini adalah bisa terlihatnya bukit-bukit yang lain, sungai Oyo yang berkelok membelah hutan, gunung Nglanggeran dan gunung Merapi. Selain itu kita bisa melihat matahari tenggelam dan matahari terbit. Sehingga berkemah di tempat ini adalah pilihan yang patut dicoba.
Saturday, 2 January 2016
Sunday, 18 January 2015
PANTAI SEPANJANG
Pantai
Sepanjang terletak
di Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta.
Pantai Sepanjang berjarak kurang lebih 1 Km sebelah Timur Pantai Kukup atau di
sebelah Barat Pantai Watu Kodok dan Drini. Koordinat GPS - lokasi: S8°8'12"
E110°34'0" (lihat
Peta Google Maps di bawah).
Pantai Sepanjang merupakan salah satu wisata pantai Gunungkidul yang masih alami dan pantai konservasi yang pada waktu tertentu sebagai tempat pendaratan penyu laut untuk bertelur. Panjang bibir pantai memanjang dari Barat ke Timur kurang lebih 500-an meter.
Rute dari Jogja ke Pantai Sepanjang :
Jogja - Piyungan - Patuk - Sambipitu - Lanud TNI AU Gading - Siyono - Wonosari - Jalan Baron - Tanjungsari - Pertigaan Masuk Kawasan Pantai Baron ke arah Timur - Pintu Masuk Pantai Kukup ke timur - Pantai Sepanjang
Rute 2 :
Jogja - Piyungan - Patuk - Sambipitu - Pertigaan Timur Lanud TNI AU Gading ke kanan (selatan) - Playen - Paliyan - Saptosari - Pertigaan Masuk Kawasan Pantai Baron ke arah Timur - Pintu Masuk Pantai Kukup ke timur - Pantai Sepanjang
Rute 3 :
Jogja - Imogiri Bantul - Panggang - Saptosari - Pertigaan Masuk Kawasan Pantai Baron ke arah Timur - Pintu Masuk Pantai Kukup ke timur - Pantai Sepanjang
Rute 4 :
Jogja - Parangtritis - Purwosari - Panggang - Saptosari - Pertigaan Masuk Kawasan Pantai Baron ke arah Timur - Pintu Masuk Pantai Kukup ke timur - Pantai Sepanjang
PANTAI KUWARU
Pantai banyak membujur di sebelah selatan yogyakarta, Sangat indah pantai pantai di kawasan Yogyakarta ini sebutlah yang paling terkenal mungkin Pantai Parangtritis, mungkin karena pantai ini kaya dengan legendanya yang luar biasa. Namun ada satu pantai yang cukup unik tidak seperti pantai-pantai yang dijumpai di pesisir selatan yakni Pantai dengan keindahannya dan teduh karena banyak pohon cemara udangnya. Pantai tersebut di beri nama Pantai Kuwaru.
Lokasi Pantai Kuwaru terletak di sisi barat kota Bantul, tepatnya masuk wilayah Dusun Kuwaru, desa Poncosari, Kecamatan Srandakan Kabupaten Bantul. Jarak dari kota Yogyakarta sekitar 29 Km. Dari Kota Yogyakarta kearah selatan menuju Kota Bantul sampai perempatan Palbapang ke barat sebelum Jembatan Srandakan belok ke selatan. Saat ini sudah banyak petunjuk arah yang di pasang sehingga para pengunjung tidak kebingungan saat ingin menuju Pantai Kuwaru ini. Published: By: jogjavatour - January 18, 2015
PANTAI TRISIK
Nuansa pedesaan, itulah kira-kira atmosfer yang akan kita jumpai ketika mengunjungi pantai Trisik,
Kulon Progo, Jogjakarta. Rumah khas desa pesisir segera menyambut kita
di sepanjang jalan menuju lokasi Pantai Trisik. Di sepanjang jalan
menuju pantai Trisik kita dapat melihat warga memanfaatkan panas
matahari untuk mengeringkan enceng gondok yang mereka dapatkan dari
Ambarawa. Setelah dikeringkan, enceng gondok tersebut akan disetorkan
atau dikirim ke berbagai daerah lain untuk disulap menjadi berbagai
macam kerajinan tangan seperti tas, sandal, dan lain sebagainya.
Jika Anda beruntung, maka Anda juga akan dapat menyaksikan pertunjukan yang menakjubkan di langit Pantai Trisik. Karena Pantai Trisik
diyakini merupakan tempat persinggahan berbagai macam burung dari
berbagai wilayah. Anda dapat menyaksikan berbagai macam burung migran
seperti trinil rawa, trinil pantai, trinil semak, kedidi leher merah,
cerek kernyut, cerek kalung kecil dan layang-layang Asia. Selain itu
Anda juga bisa menyaksikan berbagai macam burung non migran seperti
kuntul kerbau, walet sapi dan udang biru.
Selain
“pertunjukan” burung di langit Pantai Trisik, Anda juga akan menikmati
konservasi penyu milik kelompok “Penyu Abadi”. Sebagaimana kita ketahui
bersama, penyu merupakan hewan yang dilindungi baik oleh undang-undang
nasional maupun internasional. Hewan ini dilindungi karena keberadaannya
saat ini semakin langka dan dikhawatirkan akan punah jika tidak
dilindungi. Hal ini disebabkan oleh karena penyu memiliki siklus
bertelur yang beragam, antara 2 sampai 8 tahun. Jadi, tergolong lama
untuk bereproduksi. Selain itu ancaman dari predator pemangsa telur
penyu juga menjadi hal lain yang membuat hewan ini perlu dilindungi.
KALIURANG
Jika anda berkunjung atau berlibur ke Yogyakarta, anda harus singgah ke Kaliurang. Kaliurang ini bertempat di kaki Gunung Merapi. Kaliurang udaranya sangat sejuk dan mempunyai pemandangan yang sangat indah, sayang jika anda sedang berada di Yogyakarta tapi anda tidak singgah ke Kaliurang. Kaliurang, selain mempunyai pemandangan yang sangat indah, di sana juga terdapat bangunan-bangunan sisi peninggalan sejarah. Salah satunya asalah salah satu wisma yaitu Wisma Kaliurang. Konon katanya wisma tersebut pernah dijadikan sebagai tempat berlangsungnya Komisi Tiga Negara. Selain wisma tersebut ada juga Museum Ulen, meseum ini terletak di bawah tanah. Museum ini juga banyak mengandung misteri kebudayaan dan nilai-nilai sejarah orang Jawa, terutama yang berhubungan dengan Keraton. Wisata kaliurang Yogyakarta saat ini sudah bertambah pesat, sudah banyak wisatawan asing maupun local yang ingin berkunjung ke Kaliurang
Hal yang menyebabkan Wisata Kaliurang Yogyakarta saat ini bertambah pesat yaitu tempat rekraasi keluarganya. Sekarang di Kaliurang sudah mempunyai tempat rekreasi keluarga. Anda dan kelurga tentu bisa menikmati suasana Kaliurang yang indah dan sejuk ini. Salah satu tempat popular untuk rekreasi bersama keluarga di Kaliurang adalah Taman Rekreasi Kaliurang. Taman Rekreasi Kaliurang terletak 28 kilometer dari pusat kota Yogyakarta, kawasan ini menyuguhkan pemandangan yang sangat indah sangat cocok untuk anda bersantai dengan keluraga dan akan sangat menyenangkan bila anda ber-rekreasi di tempat ini. Published: By: jogjavatour - January 18, 2015
LAVA TOUR
Lava tour merapi merupakan wisata petualangan alam yang menjadi favorit di Jogjakarta. Diawali dengan letusan gunung merapi pada 2010 yang menyebabkan sedikitnya 165 orang termasuk Mbah Maridjan sebagai juru kunci, menjadikan kawasan merapi menjadi wilayah yang memiliki nilai sejarah tersendiri bagi warga Jogja dan sekitarnya.
Satu
tahun kemudian, dengan dimulainya proses renovasi dan relokasi, maka pemerintah
DIY dan masyarakat setempat melakukan pembenahan untuk menjadikan kawasan
merapi menjadi lebih memiliki nilai ekonomis, yaitu dengan mengembangkan
potensi wisata lava tour.
Pembenahan
dilakukan dengan menjadikan titik-titik bekas erupsi menjadi lokasi-lokasi yang
layak untuk dijadikan tempat wisata. Selain itu juga disediakan
kendaraan-kendaraan sewa untuk para wisatawan melalui jalur-jalur yang dibuat
untuk menghubungkan masing-masing titik. Kendaraan untuk wista lava tour merapi
terdiri dari jeep, trail dan kendaraan warga.
Untuk meningkatkan perekonomian
warga sekitar, warga juga membangun warung-warung dan penginapan di sekitar
kawasan merapi. Untuk standarisasi, maka dibentuklah semacam paguyuban untuk
mengelola kawasan merapi dengan aturan-aturan dan standarisasi harga layanan.
Published: By:
jogjavatour
- January 18, 2015
GUMUK PASIR PARANGTRITIS
Berbicara tentang Yogyakarta, rasanya tidak ada habisnya jika dibicarakan dalam hal keindahannya. Bukan saja tradisi dan budayanya, keindahan alamnya pun tak bisa berhenti dibicarakan. Saking banyaknya keindahan-keindahan alam di Yogyakarta, tak ayal banyak wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta setiap tahunnya. Angka ini terus bertambah seiring dengan perkembangan pariwisata di Yogyakarta. Salah satu tujuan wisata alam yang menarik untuk dikunjungi adalah wisata alam pantai di sepanjang Yogyakarta bagian selatan maupun bagian timur.
Semua
wisata pantai ini memiliki keindahannya tersendiri, mulai dari pasir coklat
sampai pasir putih. Semuanya tersebar di sepanjang pantai Yogyakarta dan tentu
saja, menarik para wisatawan untuk berkunjung ke daerah wisata pantai ini.
Daerah wisata pantai yang menyimpan berabagai keindahan ini tentunya menjadi
tempat favorit untuk sekedar melihat sunset dan sunrise ataupun juga untuk
berkemah ria bersama teman dan keluarga. Namun, ada hal menarik lainnya yang
menyita perhatian wisatwan Yogyakarta saat ini. Di sekitar pantai selatan
Parangtritis, terdapat gumuk pasir yang mirip dengan Gurun Sahara di Afrika.
Tempat
ini sering disebut sebagai Gurun Sahara Indonesia yang berada di
Yogyakarta. Gurun Sahara Indonesia ini berasal dari gumuk pasir yang
terdapat di Pantai Parangtritis dan sudah mengendap dalam waktu yang lama.
Menurut penelitian, munculnya gumuk pasir ini dikarenakan oleh endapan
pasir-pasir dan abu dari letusan gunung Merapi yang kemudian tergerus ombak
berkali-kali. Paisr-pasir halus tersebut kemudian membentuk gumuk pasir yang
indah ini saat ini. Proses pembentukan gumuk pasir ini memakan waktu yang cukup
lama.
Selain
karena terbawa ombak, angin yang membawa abu-abu halus serat pasir-pasir halus
dari Merapi juga menjadi faktor terbentuknya Gurun Sahara
Indonesia ini. Keberadaan Gurun Sahara Indonesia tentu saja sanagat
menarik wisatawan lokal dan internsaional karena menurut beberapa sumber, Gurun
Sahara Indonesia ini adalah satu-satunya gurun pasir yang ada di Asia Tenggara.
Tidak dipungkiri, semakin hari semakin banyak saja wisatawan berkunjung untuk
menikmati keindahan hamparan Gurun Sahara Indonesia ini.
Gumuk
pasir ini disebut sebagai Gurun Sahara Indonesia karena kondisinya yang sama
persis dengan Gurun Sahara ayang ada di Afrika. Perbedaan suhu adalah hal
mencolok yang kemudian membuat Gurun Sahara Indonesia ini mirip
dengan Gurun Sahara Afrika. Perbedaan suhu di gumuk pasir ini pada siang hari
sangatlah panas dan berbeda dengan keadaan suhu di sekirnya. Dengan hal inilah,
anda bisa membayangkan Gurun Sahara Afrika ketika berjalan menyusuri gumuk
pasir ini. Tidak hanya sebagai tujuan wisata untuk melihat-lihat keadaan gumuk
pasir, beberapa orang memanfaatkan gumuk pasir ini sebagai wisata sand boarding
dimana anda akan berseluncur dengan papan diatas gumuk pasir ini.
Published: By:
jogjavatour
- January 18, 2015
GUNUNG PURBA NGLANGGERAN
Gunung Nglanggeran adalah satu-satunya gunung api purba di Yogyakarta yang terbentuk dari karst atau kapur. Gunung ini terletak di Desa Nglanggeran, Kecamatan Pathuk, Kabupaten Gunung Kidul yang berada pada deretan Pegunungan Seribu.
Bukit Nglanggeran konon merupakan tempat menghukum warga desa yang ceroboh merusak wayang. Asal kata nglanggeran adalah nglanggar yang mempunyai arti melanggar. Pada ratusan tahun yang lalu, penduduk desa sekitar mengundang seorang dalang untuk mengadakan pesta syukuran hasil panen. Akan tetapi para warga desa melakukan hal ceroboh. Mereka mencoba merusak wayang si dalang. Dalang murka dan mengutuk warga desa menjadi sosok wayang dan dibuang ke Bukit Nglanggeran.
Ada beberapa bebatuan besar yang menurut cerita warga sekitar digunakan untuk tempat pertapaan warga. Warga sekitar mengatakan bahwa menurut kepercayaan, Gunung Nglanggeran dijaga oleh Kyai Ongko Wijoyo serta tokoh pewayangan Punokawan. Pada malam tahun baru Jawa atau Jumat Kliwon, beberapa orang memilih semedi di pucuk gunung. Di Gunung Nglanggeran ini pula warga pernah menemukan arca mirip Ken Dedes.
Berdasarkan
penelitian, gunung api ini merupakan gunung berapi aktif sekitar 60 juta tahun
yang lalu lalu. Lapisan kapur pada Gunung
Nglanggeran berasal dari lapisan dasar laut yang terangkat dan kemudian menjadi
daratan jutaan
tahun lalu. Gunung ini memiliki bebatuan
besar yang menjulang tinggi sehingga biasanya digunakan sebagai jalur pendakian
dan tempat untuk pertapaan warga. Puncak gunung tersebut adalah Gunung Gedhe di ketinggian
sekitar 700 meter dari permukaan laut, dengan luas kawasan pegunungan mencapai
48 hektar.
Perjalanan
menuju puncak gunung akan melewati jalanan tanah serta lorong-lorong bebatuan
yang sempit. Dengan jarak tempuh pendakian lebih kurang dua jam, wisatawan bisa
menapaki puncak tertinggi gunung api purba itu. Apabila berangkat sore,
wisatawan dapat menyaksikan matahari yang terbenam. Selain itu, pengunjung juga perlu menggunakan
tali untuk mendaki bukit-bukit yang pendek. Ada papan petunjuk yang membuat
wisatawan tidak mudah tersesat.
Tahun 1999, obyek wisata ini
dikelola Karang
Taruna Bukit Putra Mandiri yang mengenakan tarif tiket Rp 500 per orang,
namun fasilitasnya belum lengkap. Mengingat banyaknya potensi budaya dan
ekowisata di situs gunung api tersebut, tahun 2008 [Badan Pengelola
Desa Wisata Nglanggeran mengambil alih pengelolaannya dan menambah berbagai
fasilitas. Di sekitar Gunung Nglanggeran dapat dijumpai embung yang merupakan bangunan berupa kolam seperti telaga di ketinggian sekitar 500 meter dari permukaan laut. Embung dengan luas sekitar 5.000 meter persegi itu berfungsi menampung air hujan untuk mengairi kebun buah kelengkeng, durian, dan rambutan di sekeliling embung. Pada musim kemarau, para petani bisa memanfaatkan airnya untuk mengairi sawah. Pengunjung bisa naik ke embung dengan tangga. Sampai di sisi embung, pengunjung bisa melihat matahari terbenam dan melihat gunung api purba di seberang embung.
PUNCAK SUROLOYO
Puncak Suroloyo adalah puncak tertinggi di Perbukitan Menoreh, Yogyakarta. Perbukitan yang memiliki ketinggian kurang lebih 2000 meter dpl ini membentang sepanjang Yogyakarta dan Jawa Tengah. Dari Puncak Suroloyo, wisatawan bisa melihat Yogyakarta dari atas awan dan bisa melihat langsung keindahan Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Di Puncak Suroloyo terdapat tiga buah gardu pandang yang secara umum disebut pertapaan, masing-masing memiliki nama Suroloyo, Sariloyo dan Kaendran. Selain itu, Bukit Suroloyo juga merupakan tempat yang menyimpan cerita legenda. Legenda ini mengkisahkan seorang Raden Mas Rangsang yang kemudian hari bergelar Sultan Agung Hanyokrokusumo, bertapa untuk menjalankan wangsit yang datang padanya.
Legenda
mengenai Puncak Suroloyo bermula dari seorang pujangga
bernama Ngabehi Yasadipura dari
Keraton Surakarta yang dalam kitabnya berjudul Cabolek. Ia mengisahkan bahwa Raden Mas Rangsang,
Putra Mahkota Kerajaan Mataram Islam, pernah menerima wangsit untuk menjadi penguasa
tanah Jawa. Raden Mas Rangsang harus berjalan kaki dari
keraton di wilayah Kotagede menuju ke arah barat. Setelah menempuh perjalanan
dengan jarak sekitar 40 kilometer di wilayah Pegunungan Menoreh, ia jatuh pingsan
karena kelelahan. Dalam pingsannya, Raden Mas Rangsang mendapat wangsit yang
kedua. Wangsit tersebut memerintahkan agar Raden Mas Rangsang, yang ketika
besar bergelar Sultan Agung Hanyakrakusuma, untuk
melakukan tapa kesatrian di tempat itu.Tempat itulah yang sekarang disebut
dengan Puncak Suroloyo.
Ada
tiga pendopo di Puncak Suroloyo. Pendopo pertama ialah Pertapaan Suroloyo.
Lokasinya Pertapaan Suroloyo berada di paling bawah dibandingkan dengan dua
pendopo lainnya. Dari sini wisatawan dapat melihat Candi Borobudur. Pendopo kedua bernama Pertapaan Sariloyo yang terletak
200 meter ke arah barat. Dari Pertapaan
Sariloyo, wisatawan bisa memandang Gunung
Sumbing dan Gunung Sindoro. Untuk mencapai pendopo ketiga,
wisatawan harus naik tangga sekitar 200 meter lagi. Pendopo ini diberi nama
Pertapaan Kaendran. Dari tempat ini secara samar-samar akan terlihat warna biru
berbatas dengan abu-abu yang merupakan Pantai Glagah di Kulonprogo.
Semua pertapaan ini berada dalam satu area berdekatan di kawasan Puncak
Suroloyo. Puncak Suroloyo merupakan satu titik temu antara empat gunung, yakni:
Merapi, Sindoro, Sumbing dan Merbabu.
Ada
dua jalur yang bisa dipilih sebelum menuju Puncak Suroloyo, pertama adalah rute
Jalan Godean - Sentolo - Kalibawang dan rute kedua
melalui Jalan Magelang - Pasar Muntilan -
Kalibawang. Untuk mencapai puncak Suroloyo, harus melewati perjalanan yang naik
turun dengan kelokan tajam serta tanjakan yang curam. Jalan menuju Puncak
Suroloyo bisa dilalui motor, namun untuk mobil harus berhati-hati karena lebar
jalan sebesar 3 meter. Jika sudah melewati jalan sempit berkelok, jalan yang
perlu ditempuh adalah tangga menuju ke Puncak Suroloyo. Untuk mencapai Puncak
Suroloyo harus melewati sebanyak 290 anak tangga.
Published: By:
jogjavatour
- January 18, 2015
GUA CERME
Gua Cerme adalah gua peninggalan sejarah yang terletak di dusun Srunggo, Selopamioro, Imogiri, Bantul atau sekitar 20 km selatan Yogyakarta. Gua Cerme memiliki panjang 1,5 km yang tembus hingga sendang di wilayah Panggang, desa Ploso, Giritirto, Kabupaten Gunungkidul. Di samping gua Cerme, disekitarnya terdapat gua lain yang lebih kecil seperti goa Dalang, goa Ledek, goa Badut dan goa Kaum yang sering digunakan untuk bersemedi. Untuk mencapai gua, terdapat tangga setinggi 759 m. Kata cerme berasal dari kata ceramah yang mengisyaratkan pembicaraan yang dilakukan walisongo. Gua Cerme dulunya digunakan oleh para Walisongo untuk menyebarkan agama Islam di Jawa. Selain itu, gua Cerme juga digunakan untuk membahas rencana pendirian Masjid Agung Demak. Setiap Senin atau Selasa wage, selalu diadakan upacara syukuran untuk meminta berkah kepada Tuhan.
Goa ini termasuk goa yang panjang dan dalam. Daya tarik utama wisatawan dari Goa Cerme adalah keindahan stalagtit dan stalagmit serta adanya sungai bawah tanah dan banyaknya kelelawar di dalam gua. Lantai goa digenangi oleh air tanah dengan rata rata kedalaman air sekitar 1 hingga 1,5 meter. Goa ini terdiri dari banyak ruangan, seperti panggung pertemuan, air zam zam, mustoko, air suci, watu kaji, pelungguhan / paseban, kahyangan, grojogan sewu, air penguripan, gamelan, batu gilang, lumbung padi, gedung sekakap, kraton, panggung, goa lawa dan watu gantung. Published: By: jogjavatour - January 18, 2015
GUA PINDUL
Gua Pindul adalah objek wisata berupa gua yang terletak di Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul. Gua Pindul dikenal karena cara menyusuri gua yang dilakukan dengan menaiki ban pelampung di atas aliran sungai bawah tanah di dalam gua, kegiatan ini dikenal dengan istilah cave tubing. Aliran sungai bawah tanah dimulai dari mulut gua sampai bagian akhir gua, di dalam gua terdapat bagian sempit yang hanya bisa dilewati satu ban pelampung, sehingga biasanya wisatawan akan bergantian satu per satu untuk melewati bagian ini. Panjang gua Pindul adalah 350 meter dengan lebar 5 meter dan jarak permukaan air dengan atap gua 4 meter. Penelusuran gua Pindul memakan waktu kurang lebih selama satu jam yang berakhir pada sebuah dam. Aliran sungai yang berada di dalam Gua Pindul berasal dari mata air Gedong Tujuh. Obyek wisata Gua Pindul diresmikan pada 10 Oktober 2010.
Desa
Bejiharjo terletak di kawasan pebukitan karst sehingga didominasi oleh batuan. Gua
Pindul dapat dicapai dari kota Yogyakarta
menggunakan kendaraan pribadi seperti sepeda motor atau mobil melewati jalan
Wonosari, letaknya sekitar 7 km ke arah utara kota Wonosari, setelah memasuki
Desa Bejiharjo, perjalanan dilanjutkan mengikuti jalan aspal. Lokasi
sekretariat Gua Pindul berada di ujung jalan.
Penulusuran di dalam gua akan terdapat formasi bebatuan stalaktit, yaitu yaitu sejenis mineral sekunder yang menggantung di langit-langit gua kapur. Bahkan ada stalaktit yang sudah tumbuh sampai bawah dan menjadi seperti pilar. Beberapa batuan karst masih hidup dan meneteskan air. Gua Pindul terbagi menjadi tiga zona, yaitu zona terang, remang dan gelap. Salah satu bagian Gua Pindul terdapat tempat yang cukup lebar sehingga terlihat seperti kolam dan terdapat celah yang cukup lebar tempat sinar matahari masuk. Celah ini juga dapat dilalui sebagai jalur masuk dengan cara memasuki gua secara vertikal. Tempat wisata sekitar Gua Pindul terdapat Gua Gelatik (gua kering), monumen peninggalan Jenderal Soedirman, serta situs purbakala Sokoliman.
Penulusuran di dalam gua akan terdapat formasi bebatuan stalaktit, yaitu yaitu sejenis mineral sekunder yang menggantung di langit-langit gua kapur. Bahkan ada stalaktit yang sudah tumbuh sampai bawah dan menjadi seperti pilar. Beberapa batuan karst masih hidup dan meneteskan air. Gua Pindul terbagi menjadi tiga zona, yaitu zona terang, remang dan gelap. Salah satu bagian Gua Pindul terdapat tempat yang cukup lebar sehingga terlihat seperti kolam dan terdapat celah yang cukup lebar tempat sinar matahari masuk. Celah ini juga dapat dilalui sebagai jalur masuk dengan cara memasuki gua secara vertikal. Tempat wisata sekitar Gua Pindul terdapat Gua Gelatik (gua kering), monumen peninggalan Jenderal Soedirman, serta situs purbakala Sokoliman.
Legenda
penamaan Gua Pindul yang dipercayai dan dikisahkan turun temurun oleh masyarakat sekitar
berasal dari kisah perjalanan Joko Singlulung yang menelusuri hutan lebat,
sungai, hingga gua untuk mencari ayahnya. Saat sedang menyusuri 7 gua yang
memiliki aliran sungai di bawahnya, kepala Joko terbentur sebuah batu sesar
yang ada di dalam gua. Gua tempat Joko terbentur tersebut dinamai Gua Pindul
yang berasal dari kata dalam bahasa
Jawa pipi gebendul yang berarti pipi yang terbentur.
Published: By:
jogjavatour
- January 18, 2015
GOA SELARONG
Gua Selarong sekarang merupakan objek wisata dengan dilengkapi area bumi perkemahan. Objek ini berlokasi sekitar 14 km arah selatan Kota Yogyakarta, di puncak bukit yang ditumbuhi banyak pohon. Di sekitar Gua Selarong juga sedang dikaji pengembangan objek agrowisata dengan klengkeng sebagai daya tarik utama.
Pada tanggal 21 Juli 1825, pasukan Belanda pimpinan asisten Residen Chevallier mengepung rumah Pangeran Diponegoro di Tegalrejo untuk menangkap Pangeran Diponegoro. Akan tetapi Pangeran Diponegoro berhasil meloloskan diri dan menuju ke Selarong. Di tempat tersebut secara diam-diam telah dipersiapkan untuk dijadikan markas besar. Selarong sendiri merupakan desa strategis yang terletak di kaki bukit kapur, berjarak sekitar enam pal (sekitar 9 km) dari kota Yogyakarta. Setelah Peristiwa di Tegalrejo sampai ke Kraton, banyak kaum bangsawan yang meninggalkan istana dan bergabung dengan Pangeran Diponegoro. Mereka adalah anak cucu dari Sultan Hamengkubuwono I, II, dan III yang berjumlah tidak kurang dari 77 orang dan ditambah pengikutnya.
Dengan demikian pada akhir Juli 1825 di Selarong telah berkumpul bangsawan-bangsawan yang nantinya menjadi panglima dalam pasukan Pangeran Diponegoro. Mereka adalah Pangeran Mangkubumi, Pangeran Adinegoro, Pangeran Panular, Adiwinoto Suryodipuro, Blitar, Kyai Mojo, Pangeran Ronggo, Ngabei Mangunharjo, dan Pangeran Surenglogo.
Pangeran Diponegoro juga memerintahkan Joyomenggolo, Bahuyudo, dan Honggowikromo untuk memobilisasi penduduk desa sekitar Selarong dan bersiap melakukan perang. Di tempat ini juga disusun strategi dan langkah-langkah untuk memastikan sasaran yang akan diserang. Pada tanggal 31 Juli 1825 Pangeran Diponegoro dan Mangkubumi menulis surat kepada masyarakat Kedu agar bersiap melakukan perang. Dalam surat itu beliau mengatakan bahwa sudah saatnya Kedu kembali ke wilayah Kasultanan Yogyakarta setelah dirampas oleh Belanda.
Di Selarong dibentuk beberapa batalyon yang dipimpin oleh Ing Ngabei Joyokusumo, Pangeran Prabu Wiromenggolo, dan Sentot Prawirodirjo dengan pakaian dan atribut yang berbeda. Sepanjang bulan Juli 1825 hampir seluruh pinggiran kota diduduki oleh pasukan Diponegoro. Markas besar Pangeran Diponegoro di Selarong dipimpin oleh lima serangkai yang terdiri dari Pangeran Diponegoro sebagai ketua markas, Pangeran Mangkubumi merupakan anggota tertua sebagai penasehat dan pengurus rumah tangga, Pangeran Angabei Jayakusuma sebagai panglima pengatur siasat dan penasehat di medan perang Alibasah Sentot Prawirodirjo yang sejak kecil dididik di Istana dan setelah perang Diponegoro bergabung dengan Pangeran Diponergoro dan Kyai Maja sebagai penasehat rohani pasukan Pangeran Diponegoro.
Pada tanggal 7 Agustus 1825 Pasukan Diponegoro dengan kekuatan sekitar 6.000 orang menyerbu Negara Yogyakarta dan berhasil menguasainya. Meski demikian Pangeran Diponegoro tidak menduduki kota Yogyakarta dan Sri Sultan HB V berhasil diselamatkan dan diamankan di Benteng Vredeburg dengan pengawalan ketat dari Kraton.
Peristiwa 21 Juli 1825 di Yogyakarta sampai kepada Komisaris Jenderal van Der Capellen pada tanggal 24 Juli 1825. Selanjutnya diputuskan untuk mengangkat Lentan Jenderal H.M. De Kock sebagai komisaris pemerintah untuk Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta yang diberikan hak istimewa di bidang militer maupun sipil.
Berbagai upaya dilakukan oleh Jenderal De Kock antara lain menulis surat kepada P. Diponegoro yang isinya mengajak Pangeran Diponegoro untuk berdamai. Tetapi ajakan berunding tersebut ditolak secara tegas oleh Pangeran Diponegoro. Dengan penolakan tersebut maka Jenderal De Kock memerintahkan untuk menyerbu Selarong. Akan tetapi ketika pasukan Belanda tiba di Selarong, desa itu sepi karena pasukan Pangeran Diponegoro sudah berpencar di berbagai arah. Menurut babad, selanjutnya Pangeran Diponegoro mendirikan markas di Dekso yang berlangsung kurang lebih 10 bulan dari tanggal 4 November 1825 sampai dengan 4 Agustus 1826.
Selama bermarkas di Selarong pasukan Belanda telah melakukan penyerangan tiga kali Serangan pertama pada tanggal 25 Juli 1825 yang dipimpin oleh Kapten Bouwes. Serangan ini merupakan aksi perlawanan Pangeran Diponegoro di Logorok dekat Pisangan Yogyakarta, yang mengakibatkan 215 pasukan Belanda menyerah. Serangan kedua pada bulan September 1825 di bawah pimpinan Mayor Sellwinj dan Letnan Kolonel Achenbac dan serangan ketiga tanggal 4 November 1825. Setiap pasukan Belanda menyerang Selarong maka Pasukan Pangeran Diponegoro menghilang di goa-goa sekitar Selarong.
Friday, 16 January 2015
AIR TERJUN GEDANGAN
Air Terjun Gedangan memiliki ketinggian sekitar 8 meter dengan muara di bawahnya sedalam kurang lebih satu meter. Air Terjun Gedangan ini dikenal juga dengan nama Air Terjun Seribu Batu. Penyebutan nama ini dikarenakan lokasi sekitar air terjun dikelilingi oleh bebatuan yang berasal dari gunung api tua Ngelanggran.
Air Terjun Seribu Batu atau Air Terjun Gedangan memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan dengan air terjun lainnya. Mitos mistis dan khasiat mandi di air terjun ini dijadikan alasan pengunjung untuk mendatangi Objek Wisata Alam ini. Air yang mengalir dari Air Terjun Gedangan ini dipercaya memiliki banyak manfaat terutama untuk awet muda dan mempererat hubungan suami istri.
Untuk menuju Objek Wisata Air Terjun Gedangan Bantul ini dapat ditempuh hanya kira-kira 30 menit dengan berjalan kaki dari pemukiman warga. Ada dua pilihan untuk menuju kesana, pertama melalui salah satu dusun di Kelurahan Wukirsari dengan lewat jalan aspal atau kedua melalui jalan tanah yang masih alami. Bila melalui jalur jalan tanah membutuhkan waktu kira-kira 45 menit dengan jarak tempuh sekitar 1,5 km dengan lebar jalan 30-50 cm. Kondisi jalan tanah yang dilalui cukup terjal dan bila hujan akan menjadi becek penuh lumpur. Published: By: jogjavatour - January 16, 2015
Subscribe to:
Posts (Atom)